Hidup, Ikhlas, dan Konsekuensi

Tuesday, July 3, 2012

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un...

Memang usia, nasib dan takdir nggak bisa ditebak, setahun dua bulan yang lalu ditinggal Ayah dengan sangat tiba-tiba, beliau pulang dari sholat isya dan terjatuh di teras lalu meninggal, apa yang sudah aku pahami sejauh ini? Yang aku tau, aku belom siap, waktu itu dua minggu sebelum Ujian Nasional SMA, dan di hari-hari itu aku sering ngobrol panjang sama Ayah tentang jurusan-jurusan yang mau di ambil di kuliah (dan, sering kesel karena ngerasa Ayah nggak ngerti apa yang aku mau, how I regret it) malah malam jum'at (Ayah  meninggal di malam besoknya), Ayah masih ngajakin aku buat duduk ngobrolin ini-itu, kalo nggak salah aku lagi takut dimarahin Ayah karena pulang telat sorenya, jadi lebih milih menghindar dan bilang kalo besok ulangan, padahal nggak ada apa-apa besoknya, malah dapet nilai jelek atas kerja yang 'lumayan bagus' di pelajaran TIK yang bikin uring-uringan sepanjang hari jum'at itu (malamnya Ayah pergi), how can I say I regret it, I don't know anything, don't understand everything, aku capek ngadepin tahun 2011 karena sepanjang tahun kerjaannya cuma nangis, malah kadang sampe sekarang, ketika banyak waktu yang lebih banyak 'jatuhnya' daripada bangkit, masih banyak sekali waktu yang pengen aku abisin sama Ayah, I wanna share my life more and no one could understand as good as Him :)

Dan hari ini, satu kasi pekapontren kantor Depag (tempat aku magang), meninggal yang bener-bener secara tiba-tiba, baru aja becanda-becanda jum'at kemarin, dan beliau pun keliatan seger-seger aja, jadi, kebanyakan staf lagi ke Batam buat acara Perkemahan Pramuka Santri, dan beliau adalah ketua kontingen Aceh, Kasi Pengembangan Santri Pekapontren di Kanwil Kemenag Aceh, disini aku udah nemuin orang-orang seperti keluarga, dan walaupun belom dua bulan magangnya, aku ngerasa kehilangan.

Banyak teori tentang kematian, perginya seseorang dengan tiba-tiba, pasca meninggalnya Ayah aku banyak browsing di situs-situs psikologi, banyak juga yang 'nganjurin' buat ikhlas, ikhlas, dulu kalo liat atau denger kata-kata ini maknanya biasa, tapi sering bikin melamun setelah meninggal Ayah karena mikirin kata-kata itu, aku nggak ngarepin Ayah balik lagi dan kita sama-sama lagi (Well, sometimes, ada), cuma nggak abis pikir kenapa harus secepet itu, aku belum lagi make toga di depan beliau, ironisnya lagi, belom pernah memperlihatkan ijazah SMA.

Well, look around, mungkin cuma itu yang sering terlintas di kepala kalo mikirin ini, I'm still having a great family, uncomparable Mom, Brother and Sister, jadi nggak banyak yang harus dipertanyakan lagi dan lagi sama Tuhan walaupun kadang, I keep asking, jauh di luar sana, banyak anak-anak kecil yang nggak kenal orang tuanya, mungkin orang tuanya udah nggak ada pas mereka lahir, atau yang lebih nyakitin, mereka memang sengaja dibuang dari kecil.

Look around (again), di saat hidup paling pelik sekalipun tetep liat ke sekitar, they grow up, mereka hidup dengan jalannya masing-masing, lebih berat malah, orang bisa keliatan sangat miskin ketika mereka nggak mensyukuri anugerah, ketika Ayah pergi, aku juga mikirin ini berkali-kali, I'm a dreamer, and one of my biggest dream is making my both parents proud, poor me, I can't, tapi balik lagi ke anugerah tadi, semua udah ada jalannya, semua yang masih stay di kamu sampe saat ini adalah takdir yang harus dijalanin, disyukurin, kalo musibah, siapa yang bisa nolak, orang sakit parah di rumah sakit, mereka yang punya segalanya tapi nggak pernah ngerasain hidup itu seperti apa, and look back at yourself, banyak muncul at least-nya kan, me at least, I have fantastic friends and life, I couldn't ask God for more :)

Turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Ibu Zuryani, semoga amal ibadah beliau diterima di sisi-Nya, dan dihapuskannya segala kekhilafan dan dosa-dosa beliau, semoga keluarga yang ditinggalkan tetap tabah.

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS