A Good Product

Tuesday, November 13, 2012


A good product will sell itself, faster than a bad product with good promotion --Panji Pragiwaksono. Dalam tulisan "Mengapa Online?" on his personal blog. 


Jadi gini, entah kenapa tiba2 pengen tulis tentang ini, yang pasti apapun yang saya tulis kebanyakan adalah yang nyenengin, atau ganggu pikiran, tapi kalo ini hanya sekedar persepsi aja sih, sebagian orang malah akan menyangka kalo ini mengada-ada, terlalu banyak teori-teori nggak pentingnya, but I usually fight for what I believes, jadi gak ada salahnya kali ini nyoba buat nulis lagi, dan bagi sebagian orang yg sependapat dgn saya, semoga ini bermanfaat. 

Why I quoted Panji at first? Karena (tentu saja) tulisan ini ada hubungannya, apakah kita harus berada dalam kemasan yang bagus untuk 'menjual' keahlian kita? Atau mengemas keahlian kita dengan bagus dan 'terpaksa' berada dalam kondisi yg tidak seberapa bagus? Kita semua harus tau, tidak semua keinginan kita akan tercapai dlm setiap kompetisi, mau masuk ke areal nomor satu, tapi rejekinya nomor dua, Alhamdulillah kita2 ini masih diberikan kesempatan dan rejeki, ada yang malah nggak dapat apa2, lalu, haruskah kita menganggap hal lain sebagai penghalang mencapai tujuan kita? 

Allah sudah menentukan hal2 yang mutlak--seperti, kepintaran itu tidak didapatkan, tetapi dicari, nggak jamin ada orang2 yang berIQ tinggi akan otomatis pintar walaupun gak belajar kan? Dari survei saja sudah memperlihatkan bahwa orang2 yg sukses lebih dari 90 persennya adalah hardworker, Tuhan maha adil, nggak pernah membeda-bedakan, tidak mendiskriminasi seperti manusia. 

Untungnya, saya dapat kesempatan belajar pada instansi--diluar sana banyak orang yg gak dapat kesempatan apa2, dan untung dibalik semua itu, saya kuliah di universitas berakreditasi B, kasak-kusuk tentang akreditasi dimulai ketika disuatu pertemuan petinggi universitas membicarakan ini, padahal menurut informasi sebelumnya yg kami dapatkan tidak seperti itu, jadi banyak dari teman2 yg pengen pindah jurusan dan universitas, well, they got their choices in life, tapi untuk pindah jurusan dan mulai kuliah lagi, no thank you! Tahun depan saya udah 20 tahun, dalam 2 tahun ini aja udah jd mahasiswi di 2 jurusan berbeda, so, pilihan saya, stay ditempat saya sekarang. 

Mungkin tidak bijak, terserah anda melihat dari kacamata masing2, dimana banyak teman saya menyarankan untuk pindah ke tempat kelahiran, tapi info yg saya dapatkan, akan memakan biaya sampe 30 juta dgn resiko kalo ketauan pihak universitas juga akan terseret, alias tidak halal, karena akreditasi universitas kami yg lebih rendah, yg saya lihat dari sudut pandang saya, kalo saya punya uang 30 juta, saya sudah melipat gandakannya dgn menjadi entrepreneur dari kapan2, masalahnya, biaya kuliah aja masih pake duit orang tua dan sodara2, jadi harus ditidak mungkinkan juga bisa mendapatkan 30 juta dan hanya untuk pindah universitas. 

Intinya, apakah saya harus berada dalam universitas berakreditasi tinggi untuk 'dijamin' masa depannya? 
Saya kira tidak, karena tentu saja saya mengetahui sedikit banyak tentang sepak terjang universitas berakreditasi tinggi di Aceh ini, dan tentu saja, mungkin universitas saya lebih parah lagi, dan karena keduanya beresiko, maka saya bisa menilai suatu hal itu berasal dari diri sendiri, bukan dari instansi tempat kita bernaung. 

Saya sering mendengar kata-kata "alaah, kalo sama dosen tu buat tugasnya asal aja, gak diliat kali pun", mungkin biasa, semua orang akan mengiyakan juga, lagian buat apa susah2 kerjain tugas yang akhirnya gak diperhatikan? Tapi pernahkah kita jujur sama diri sendiri? Apakah harapan buat tugas kita itu hanya untuk diperhatikan dosen? Bukan dapat ilmu dari pelajaran itu sendiri? Untuk kuliah sejauh ini itu gak gampang buat saya, jadi saya kuliah emang buat prepare keahlian saya untuk pekerjaan yg mungkin saya dapatkan di masa depan. 

Ngomong2 soal Panji, quote itu saya dapatkan dalam tulisannya yg menceritakan kalo CDnya pernah ditolak sama distributor CD terbesar di Indonesia, bukan ditolak sih, cuma hanya diterima 100 keping untuk penjualan se Indonesia, mungkin kalo di Jakarta aja toko cd ada 20, jd hanya ada 5 spaces untuk cdnya dia, bayangin aja kl 100 keping se Indonesia? Jadi panji berinisiatif buat ngejual sendiri via online dan laku 500 keping dalam 24 jam. :) 

terlalu banyak hal serupa, bahkan The Beatles pernah ditolak oleh sebuah record label, pada akhirnya apa? Mereka menunjukkan kualitas yang memang hal mutlak dicari setiap orang, jadi apa perlu kita berada dalam kemasan yg bagus tapi kitanya sendiri termasuk kategori biasa-biasa aja? Kalo iya, maka nggak ubahnya kayak barang kw, yg bisa dipake sesaat aja, atau bahkan kalo kwnya cd bajakan, banyakan rusaknya daripada bagusnya. Sorry to say. 

Jadi, gak usah ngerasa gak akan dapat apa2 dengan usaha yg Anda lakukan sungguh2, karena apapun itu, lakukan dengan niat, dan Tuhan menetapkan caraNya sendiri untuk hambaNya yg bersungguh-sungguh. 

Being noticed is easy, being remembered is about quality. :)
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS