69 Tahun Indonesiaku

Saturday, August 16, 2014

Selamat pagi Indonesia.
Gak terasa 69 tahun sudah kita merdeka, 69 tahun sudah kita merayakan setiap liter darah dan ribuan nyawa pejuang melayang yang tak sia-sia, lalu apa kabarnya kita hari ini? Pagi ini?

Saya hanya mahasiswi biasa yang sedang belajar mencintai negeri ini (lagi), karena terus terang saya korban ketidakadilan birokrasi dari beberapa tahun yang lalu, sekecil apapun itu, bahkan sekecil peraturan kurikulum sekolah/universitas, itu birokrasi bukan? Seingat saya, saya cukup nasionalis ketika di sekolah dasar, saya ingat saya menyanyikan lagu wajib di acara ulang tahun teman manakala teman-teman saya yang lain menyanyikan lagu soundtrack film Ada Apa Dengan Cinta, tidak banyak, hanya itu saja, saya tidak bertempur melawan penjajah, saya tidak kemana-mana, saya hanya mahasiswi yang kelewat biasa.

Merdeka, apakah hati sudah merdeka dari sifat ingin menguasai? Kita baru saja melewati pesta demokrasi beberapa saat lalu, entah mengapa, persatuan kita pecah menjadi dua kubu, tak henti-hentinya ingin menjatuhkan kubu lawan dengan menunjukkan siapa yang paling benar dan baik untuk memimpin Indonesia kedepannya, belum lagi ketika hasil quick count dan real count keluar, belum lagi permasalahan yang sekarang sedang ditangani mahkamah konstitusi. Bisakah Anda sekedar menarik nafas dalam-dalam dan menanyakan apakah Anda sudah merdeka?

Politik uang jangan tanya, hukum yang bisa ditukar dengan rupiah juga ada dimana-mana, saya berasal dari kalangan yang tidak bisa jajan dengan nominal uang berjuta, ratusan ribu saja susah, saya selalu merasa alangkah menyenangkan jadi orang kaya untuk hidup di tanah ini, bisa beli semuanya, kehormatan, kepercayaan, bahkan hukum, uang sudah menjadi momok yang bisa menghancurkan hubungan dua saudara, yakinkah Anda sudah merdeka?

Uang bisa membeli kursi, apapun bentuknya, asal nominalnya pas kau akan mencapai segalanya.

Belum lagi ketakutan terhadap pemimpin kita, tatanan dunia kita yang suka mengelompokkan sesuatu, hormat bukan berarti harus takut, kawan, hormati pemimpin, bukan berarti harus tunduk dan mengorbankan harga diri kita, oke sebut sajalah kita tidak berani menegur seseorang hanya karena dia anak pejabat, kita merasa layak diintimidasi mereka karena bapak mereka punya kuasa.

Sudah, tidak perlu kita sebut lagi 'kegagalan' kita, cukuplah hanya kita mengingat dan belajar dari pengalaman yang telah memporak-porandakan persatuan kita. Tapi hari ini, kawan. Pada tujuh belas agustus tahun ini, marilah kita renungkan kembali, apakah kita sudah benar-benar merdeka? Sekali ini, ayo rasakan merdeka, ini tanah warisan pejuang kita, yang sudah patut kita perjuangkan lagi, kita majukan kualitasnya. Sudahkah kita merdeka?

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS