Karena Benar di Dalam Luka, Ada Cahaya

Thursday, November 14, 2013

"Kakak gimana responnya kalo dibilang sok alim?" dia memainkan ujung hijabnya sebelum akhirnya menatapku, aku tertegun, jujur ini bukan pertanyaan yang biasa kudengarkan ditujukan kepadaku, aku tersenyum samar dengan tetap menyembunyikan sakitnya sayatan di telunjuk kananku, mungkin senyumnya jadi keliatan meringis karena ia mulai mengeluarkan tissue lagi dan meraih telunjukku dan mengelap darah yang keluar, setetes, setetes, lalu deras.

Aku kembali meringis, kulihat ia mulai membalutku dengan rajut yang merupakan sarung tangannya yang ia balutkan ke jari telunjukku.

"Kadang, kita emang nggak perlu terlalu banyak dengar orang, kalo kita niatnya baik." Aku rasa itu bukan jawaban yang tepat, karena aku juga sering mengkhawatirkan hal ini, dan jawaban itu tidak pernah memuaskan.

Ia tersenyum tipis, mengangguk samar, lalu kembali menceritakan tentang koleksi-koleksi khimar dari seorang yang ia idolakan di instagram, jujur aku sama dengannya, ingin sekali mengenakan khimar-khimar itu, lalu bagaimana jika kelihatannya sok alim?

"Tadi, orang ini juga ketawa liat Puja kayak gini lho, kak, mereka nanya, mau yasinan dimana?" Ia tertawa, memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih, aku ikut tertawa, "Tapi, kadang kalo itu udah jadi yang nyamannya buat kita, ya kita jalanin aja kak ya." Ujarnya.

"Respon mama gimana puja?" Aku bertanya, memerhatikan bunga dari kain nylon yang tertata cantik di dada bagian kirinya, berwarna abu tua, serasi dengan hijabnya yang berwarna abu muda.

"Mama bilang cantik kak, cantikan gini." Ia tersenyum lagi.

*****
Ia selalu anggun, rapi, tidak banyak bicara, teratur, dan santai, kadang ia merespon banyak hal dengan senyum cantiknya, setahun lebih muda dari saya (Saya kuliah bareng angkatan 2012 Fyi), bernama Pooja, tapi bukan dari India, malah keturunan Cina, masih tulen, tapi parasnya tidak menyiratkan sedikitpun darah Tionghoa itu, mungkin karena Ayahnya adalah keturunan asli Aceh. Akan jarang sekali laki-laki yang tidak akan terpesona dengan tipe yang seperti ini, dandanannya yang dewasa dan elegan menggambarkan hal-hal smart dalam dirinya, pembawaannya yang slalu anggun dan lebih banyak tersenyum atau tertawa daripada mengeluarkan sepatah kata, aku bahkan heran jika masih ada laki-laki yang meninggalkannya di usia pacaran mereka yang memasuki dua tahun, aku tidak bisa menebak jika itu alasannya tetap sendiri dan 'tidak pernah sibuk dengan hal itu' hingga sekarang.

Tadi siang, ada insiden kecil di kantin Koperasi Mahasiswa Ekonomi Unimal, yah, nggak gitu-gitu amat lah, saya aja yang ceroboh bisa tersayat telunjuk kanan, sampe sekarang darahnya masih netes, alhasil, rencana mau 'buka puasa' setelah tidak makan dari pagi pun jadi terlupakan gegara sakit telunjuknya kebangetan, trus kita menuju ke bukit tempat yang dulu kita sering datangi, kita, bersepuluh, yang udah ngerencanain mau ngerjain temen kita Cudde yang ultah sabtu ini, mulai akting disana, skenarionya, Fina sama Dian lagi marahan, mereka diam-doiaman, dan kita nyuruh Cudde buat ngomong nengahin mereka berdua, sengaja banget mereka pilihin pohon yang tidak terlalu besar buat duduk-duduk dibawahnya yang kemudian jadi tempat buat ngikatin Cudde pake tali plastik dan kemudian baru diceplok telur plus tepung plus aneka zat berbau tidak menyenangkan lain, hahaha, my friends are indeed rude, but I love them so much :)

Karena kondisi lagi lemes banget dan ada Puja yang perhatian banget, pas di Kopma tadi, dia langsung ngikatin telunjuk ini pake sarung tangan rajutnya yang sampe sekarang udah berwarna merah tua kehitaman karena darahnya banyak banget, saya dan puja duduk-duduk aja karena nggak jadi sasaran empuk Cudde buat balas dendam, jadi kita ngomongin banyak hal.

Saya udah mulai 'hal itu' dari hari selasa dan respon dari teman-teman masih kayak "Kesambet apa kak?" atau "Mimpi apa ini orang semalam pagi-pagi mendadak alim?" -____- dan sebelumnya, I had a long conversation with Puja about this, kita suka buka instagram-instagramnya hijabers-hijabers yang syar'i, dan Puja, as long as I know, is dreaming into that way, pengen banget, saya nggak tau kenapa dia milih saya buat nyeritain ini, dan saya juga bersyukur alhamdulillah kita berdua udah memulai, walaupun belum terlalu panjang, tapi udah mulai cukup nyaman :) 

Belakangan saya ngerasa apa saya pantas? Dan karena pikiran-pikiran nggak enak lain yang bikin saya merasa saya harusnya jadi orang biasa aja yang nggak jadi pusat perhatian, tapi Astaghfirullah, saya memang nggak mau jadi pusat perhatian, makanya kita 'menutup', kan?

We had a long and nice conversation and she inspired me a lot of the way she thinks or her point of view about something, mungkin kalo jari saya nggak kesayat, dan kita nggak duduk berdua kayak gitu, saya udah kembali dengan pikiran-pikiran 'aneh' saya, but as long as Allah is soooooo kind to me Alhamdulillah :') Allah made it today, He shows His grace again, for more than billion times in my life, and I know what I should choose, I know myself, and I always wanna be thankful for anything.

Dan pas mau pulang juga, Puja sempet ngomong soal jodoh, sedikit, kita sama-sama banyak diam kalo soal ini, tapi diantara pengen banget ngebahas, hmm, I just speechless when she said this, I've heard a lot but today was different, she said, "Jodoh itu cerminan kita kak, ada di surah An-nuur ya kalo nggak salah, nggak akan tertukar, wanita yang baik pasti untuk laki-laki yang baik pula."

Ia kembali tersenyum, dan memeriksa lukaku sekali lagi.




Pooja, beautiful girl with the kindest heart, one in my life :)


This is us, my best friends, my best sisters, ada beberapa orang yang nggak masuk disini, I just want them know that I will always love them, ever! 

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS