Deal With It!

Friday, November 22, 2013

Do you feel comfortable being yourself today?

Satu pertanyaan yang sering ganggu banget selama ini, mungkin karena jauh di dalam hati, saya ngerasa nggak nyaman buat jadi diri sendiri, miris ya, kenyataannya, semua orang berjuang keras dalam hidupnya saya malah ngerasa nggak nyaman berada di tubuh sendiri, saya lagi pengen berantem sama batin yang suka ngelunjak banget, jiwa yang suka bertolak belakang banget banget, sama kadang-kadang saya lebih suka ngomong yang sebenarnya saya nggak suka, bertolak belakang sama hati, mungkin cuma sekedar ngerasa nggak enak, atau kadang-kadang bohong itu baik kan? :p

Saya tipenya tuh suka merhatiin kelakuan manusia, trus keluar deh 'tabiat' pengen jadi kayak si ini, kayak si itu, slalu ngebayangin jadi dia itu lebih enak, jadi dia yang itu apalagi, akibatnya, walaupun kita ngerasa nggak pernah ngikutin siapa-siapa tapi kenapa ya apapun yang dibuat rasanya fake aja, nggak ngerasa itu pengennya kita, tapi ketika nanya jujur sama diri sendiri, "Sebenernya enaknya gimana sih?" Jadinya malah kayak "harus ngapain sih biar jadi kayak gini?" dan kita ngelakuin hal-hal yang seharusnya biar keliatannya kayak apa, bukan asli pengennya kita, jadinya malah mengerikan, kayak akting tiap hari.

Saya sering ngerasa nggak pengen banyak ngomong, tapi takut dikira sombong atau judes, saya males kalo orang tau saya moody, saya males dianggap tertutup, lagian saya rasa, kalo nggak ngomong nanti dikira sombong, dikira ini, dikira itu, so typical me, slalu nggak nyaman sama pendapat orang, why cant just quite and feel okay? Malahan kalo banyak ngomong lah ujung-ujung kepikiran dari tadi cuap-cuap terus ngobrolin apa? Nyakitin si ini nggak sih? -_____- My head is a madness.

Gitu juga soal mau milih sesuatu, thats terrible to pick things and mind says, you have to pick one describes you a lot, saya emang udah dua puluh tahun, tapi saya bingung kalo disuruh milih saya cocoknya kayak gimana, milih baju, susah, milih apapun, ribet, karena nggak pengen terakhirnya nyesal karena menurut orang  keliatan mencolok, nggak pas banget, aaaarggghhh. Well, deep inside I know I don't have to write all the things in my blog, but I don't have friends to share things with, pacar lagi masa pendidikan di salah satu sekolah pelayaran dan nggak bisa komunikasi karena dilarang bawa hp, and we're in a long distance relationship, what wasn't perfect? -_____- lagian ini juga bentuk curhat yang bisa diceritain cukup disimpen aja.

Tapi kalo suka mendam, jadinya nggak banyak temen, trus dicap tertutup sama orang dehhhhh.

Well thanks, blog! I know what's that so matter in me now, sebenernya dari dulu udah tau, saya risihnya gak pernah datang bener-bener dari diri sendiri, sekali diomongin, "Eh, gendutan ya..." Dulu mah masa-masa SMP sama SMA ngerasa yaudah deh udah takdir kali, but as I grew up, aku udah mulai nggak nyaman, dan akhirnya sempet kurus juga, sempet udah sampe 43 tahun kemaren dan tulang pipi nonjoooool, tapi sekarang udah kembali kayak dulu hahhaha

Rudeeeeee hahahahaha 
Some people thinks I'd better look with chubby cheek, but I hate that so much, I don't know I just feel to be skinny is to be happy, fleksibel aja gitu, muat semua baju lagi, tapi udah beberapa minggu setres gegara UTS dan banyak MK susah, banyak tugas, banyak ngeresume, alhasil, banyak makaaaan dong, ngemil coklat juga banyak, udah setahun di Lhokseumawe, baru di semester tiga ini saya ngerasa banyak banget jajan, jajan coklat tiap hari, but chocolate describes me a lot, that's my forever problem :D Kalo malam itu orang-orang ngehindarin buat liat pos makanan di instagram, saya malah liat-liat instagramnya bakery-bakery yang ngehias cake lucu-lucu gitu, pokoknya, kayak saya lupa deh gimana dulu dietnya, lupa gimana dulu udah seneng karena muat hampir semua baju mamak saya (Ya, saya suka bongkar lemari mamak, dan mamak saya waktu mudanya kurus, kurusnya pake banget lagi -___-), udah lupa gimana nahan makan buat dietnya juga hahahah
So, what is the point with having imperfection personality? We have to enjoy things, nyoba pelan-pelan buat nerima apapun keadaannya gimanapun bentuknya, trying to be honest and deal with ourselves, menikmati semua hal dan sadar kalo kehidupan orang-orang itu udah sejalan dengan takdirnya, tapi tetap bisa kita ubah nasibnya, I just love this feeling (Thank you, blog!!!!) the thing is, I'm still learning myself, I'm still trying to in love with myself, cause if I'm not, who else will? :)


Nothing Compares Weekend's Feeling

Sunday, November 17, 2013

Niat buka laptop buat belajar bikin neraca pelajaran SIA, tapi berhubung susah banget, nyari-nyari di google tutorialnya juga nggak sama, yaudah akhirnya mampir kesini lagi deh, mau nulis apa? Nggak tau, nggak ada yang harus di tulis, kepala lagi nggak korslet jadinya nggak bisa bikin puisi (eh, bukan puisi juga sih, ya yang mirip sama post sebelumnya itu :D), bukan berarti kepala lagi pas juga, nggak terlalu berantakan, bukan berarti nggak berantakan--nah, ini kayaknya yang cocok.

Nothing compares weekend's feeling. Saya bukan tipe orang yang suka weekend dan berharap banget weekend tiba, alasannya, saya nggak tau mau kemana dan palingan cuma berada di rumah, males-malesan, atau kalo nggak ya ngerjain tugas, selesai tugas, duduk-duduk lagi sampe akhirnya senin lagi, saya selalu pengennya senin cepet datangnya karena saya jadi punya sesuatu buat saya kerjain, belajar di kampus, ngabisin waktu di kampus sama teman-teman, pokoknya kalo udah senin dan saya mulai disibukin sama rutinitas lagi, saya jadi lebih lega, alasannya, ya karena itulah tugas saya merantau kesini, alasan lainnya saya 'nggak terlalu suka' weekend karena saya disini nggak punya motor, jadi kalo mau keluar pun saya harus naik angkot, yang berat dari naik angkot adalah saya belum benar-benar tau kota ini gimana, trus ya, emang nggak tau kemana. Belakangan rutinitas waktu weekend jadi beda, malah jadi yang saya tunggu-tunggu :D Karena emang ada sesuatu, yang bisanya cuman di dua hari itu aja.

Tapi, tetap aja berat karena perasaan kurang betah muncul lagi, tapi apa yang bisa saya lakukan?

-----

Pernah tau nggak sih gimana rasanya merasa diri sendiri selalu menghandle kehidupan orang lain? Walaupun orang itu orang terdekat kita? Dia selalu nyerahin segalanya sama kita dan ngorbanin apa yang dia suka karena dia tau kita lebih suka, jadi dia ngikutin aja apa mau kita, kebetulan, saya nggak suka berada di posisi itu, jadi, bad feeling comes from that, after thousand things that enough made me down today. 

I always learn to be a thankful person so I try to always thanking God of anything instead of writing stuffs that frustrating me, so far God was so kind to me, jadi, saya rasa nggak ada hal yang lebih baik daripada mensyukuri apapun yang telah kita miliki, hal itu bikin saya ngerasa lebih hidup, and I found myself smiling, menandakan kalo saya bahagia udah sejauh ini, terkadang memang berat dan slalu ada aja yang dikasih, pertanda Sang Maha Baik sedang kangen-kangennya sama kita dan pengennya kita ingat Dia, jadi, nggak ada salahnya meminta, meminta hikmah-hikmah terbaik dari keadaan sekarang, kalo udah terlalu berat, serahkan pada-Nya, Dia yang lebih mengerti, dan di dunia ini memang ada banyak hal yang nggak bisa kita selesaikan sendiri, maka sebaiknya kita pulangkan pada-Nya.

Pardon me to write this kind of writing, I shouldn't have to open up all the things to world, but this is my blog, my own world, so I only want you to know that you can always say everything about things you like without asking me what to do about it, because that was really uncomfortable me, dan bikin saya kepikiran kayak sekarang, anyway, I miss everything right now, I miss my Mom, my family, him, my friends, my hometown and how I miss the feeling when I go around Ulele, with the bright sky and the blue wide beach, so fine feeling. :)

Another Night

Saturday, November 16, 2013


Ku buka diaryku, 
Kadang ingin menyinggungmu dengan sepatah dua patah kata
yang pernah ku tujukan kepadamu
Kadang hanya ingin mengulang,
masa-masa yang telah lalu
Kadang hanya ingin melihat wajahmu, 
Yang ku ukir manis dengan kata dibawahnya
Kadang aku ingin mengingat, 
Segala hal yang pernah kita lewati

Ku lewatkan beberapa lembar,
Karena tetesan itu mulai mengalir lagi,
Satu detik, dua detik, hingga kemudian deras
Menyapu keresahan di malam pekat mencekam

Seketika memori membawaku berkelana
Ketika itu, denganmu
Suatu sore ketika tanah basah, hujan baru saja turun
Kita berkeliling,
Mengitari seputara pemukiman
Aku tertawa, kau fokus, melaju dengan vespamu
Vespa hijau tua

Atau beberapa waktu dimana
Kau menunggu di luar gerbang sekolah
Dengan kemeja berkerah merah jambu.
Menjemputku pulang

Sering dimana kita menghabiskan siang di tempatmu mencarikan kami kehidupan
Terik, dengan langit berwarna biru muda, cerah

Teringat waktu kecil dulu,
Kau pulang membawa kue mini dengan gula-gula warna-warni

Atau seringkali mencarikan apapun untukku, dimanapun, segalanya.
Untukku.

Kau berwujud malaikat dengan tangan kasar,
Bekas kerja keras,
Simbol pantang menyerah,
Meski sering kalah

Lekuk bibirmu terkatup, 
Menyisakan tanda kau terlalu tertutup

Matamu yang coklat keabuan, 
Letak pekat keletihan berabad

Teringat dimana aku sering mengabaikan,
Hal benar yang kau utarakan
Dimana aku sering kalah,
Karena padamu ku sering salah

Dimana akhirnya kita berpisah, dan aku mulai menanti hari itu
Aku mulai meniti jalan ke depan dengan harapan,
Di hari itu aku kembali dipertemukan denganmu,
Kan ku ceritakan padamu tentang mimpi
dimana yang dulu sering kita bagi,
Sudah ku penuhi

Keresahanku menenggelamkanku lagi, ke memori lama itu
Yang menggambarkan tawamu, senyummu, amarahmu, tatapanmu
Menceritakan banyak hal tentangmu

Ayah,
Aku rindu, 
Teramat rindu..

Untitled.

Thursday, November 14, 2013

Mendung menggantung pekat pertanda hujan akan datang sebentar lagi, aku berusaha menjajari langkahku dengan teratur di pinggir lorong, mengatur agar tidak terlalu ke tengah dan bisa saja tertabrak kendaraan apapun yang lewat, orang-orang berlalu lalang karena disini adalah daerah ramai dengan pasar, sekelompok pemuda berjalan bersemangat menuju memasuki mesjid yang berdiri megah dan menjadi puncak tertinggi di dekat jalanan itu, orang-orang tua, anak-anak kecil, yang ke semuanya laki-laki, didominasi warna putih, memasuki daerah itu, hari ini jum'at.

Aku tetap menundukkan pandangan lalu berjalan gontai menuju rumah, hanya sejenak sempat ku perhatikan keadaan dan kemudian aku kembali disibukkan pikiranku sendiri, dengan alunan nada-nada indah ditelingaku, wajah orang-orang melintasi kepalaku, satu persatu, teratur dengan urutannya, selalu begitu, setiap hari, setiap hari hingga aku pusing, hingga aku pikir lebih baik ku kerjakan tugas akuntansi biayaku dulu karena itulah alasannya aku disini.

Pengap, pengap sekali sampai rasanya ingin muntah, pengap sekali hingga ingin sekali ku muntahkan pikiranku, ku abaikan setiap elemen perasaan yang menusuk, mengapa aku belum sepenuhnya menyayangi diriku sendiri sampai aku belum bisa mengetahui apa sebenarnya yang ingin ku cari? Mengapa terkadang mimpiku banyak sekali, lalu hilang, menguap begitu saja, seperti hari ini, pathetic sekali, tidak bersemangat.

Lalu mulai gerimis kecil-kecil, tumpah satu-satu di puncak kepala, apa yang ku cari? Tanyaku disini, masih dalam sepi.

R

"Kau seperti, nyanyian dalam hatiku 
yang memanggil rinduku padamu,
Kau seperti udara yang ku hela,
Kau selalu ada." 

Aku sering berhenti melakukan apa saja yang sedang aku lakukan kalau aku menangkap bola matamu memandang lurus kearahku, sudah lama, dan masih salah tingkah, ingin sekali tidak memamerkan senyum tapi tinggallah bibirku yang tertarik sendiri menyunggingkan senyum, hari itu, adalah kesekian kalinya kita bisa ngumpul berdua setelah beraktivitas sama-sama, di kampus masing-masing, dengan rutinitas masing-masing.

Tentu saja itu dulu, sejak belum sekalipun mempermasalahkan jarak.

Hari itu berbeda ketika kita sangat menikmati apa yang sedang kita lakukan, hamparan biru di depanku dan ada kamu, sudah cukup, aku ingin menikmatinya dengan diam saja tapi bukan aku namanya jika tidak terus mengoceh, kadang kau menyunggingkan senyum atau sesekali tertawa, nonsense, apakah kau berpikir seperti itu?

Aku rindu, pada laut, yang selalu menjadi tempat nomor satu paling sering kita nikmati bersama, dulu, aku tidak pernah tau jika ada orang lain yang memandang gugusan biru itu sama sepertiku, kita sering membicarakan mimpi, masalalu, segala hal, mungkin terdengar garing sekali pada orang lain tapi untukku itu slalu menjadi topik nomor satu, ombak bergulung riang disambut oleh suara mesin kapal yang dihidupkan, pagiku, bersamamu, pernah kita habiskan di tempat itu, sekedar berjalan, melihat biru, lalu bercerita lagi, sekedar menoleh ke belakang, atau aku, yang begitu bersemangat bercerita tentang hal yang akan datang nanti.

Aku selalu dilanda rindu, tentangmu, tentang laut biru, tentang tawa dan canda bersama, tentang perjalanan yang tidak akan ada titik ujungnya, roda-roda yang berputar, membawa kita menyusuri segala tempat yang kita inginkan dan kita mulai bangun cerita baru, di hari itu, di hari yang lainnya. Aku rindu, pada senyum menentramkan nan misterius, tentang tawa lepas yang kadang mengejek, tentangmu, yang selalu ku rindukan, tentang hari yang belum terbenam, kita menikmati panas ataupun hujan.

Tentang kata-kata manis, atau ocehan-ocehan membosankan (yang selalu terbanyak dari aku), rindu ketika kau diam, terkadang panik, terkadang marah.

Rindu, pada kota pertama tempatku mengenal angka, rindu pada Ibu, yang selalu membasuh perih, rindu padamu, yang selalu menentramkan dan mengerti aku.

Hanya itu, hanya aku rindu.

Karena Benar di Dalam Luka, Ada Cahaya

"Kakak gimana responnya kalo dibilang sok alim?" dia memainkan ujung hijabnya sebelum akhirnya menatapku, aku tertegun, jujur ini bukan pertanyaan yang biasa kudengarkan ditujukan kepadaku, aku tersenyum samar dengan tetap menyembunyikan sakitnya sayatan di telunjuk kananku, mungkin senyumnya jadi keliatan meringis karena ia mulai mengeluarkan tissue lagi dan meraih telunjukku dan mengelap darah yang keluar, setetes, setetes, lalu deras.

Aku kembali meringis, kulihat ia mulai membalutku dengan rajut yang merupakan sarung tangannya yang ia balutkan ke jari telunjukku.

"Kadang, kita emang nggak perlu terlalu banyak dengar orang, kalo kita niatnya baik." Aku rasa itu bukan jawaban yang tepat, karena aku juga sering mengkhawatirkan hal ini, dan jawaban itu tidak pernah memuaskan.

Ia tersenyum tipis, mengangguk samar, lalu kembali menceritakan tentang koleksi-koleksi khimar dari seorang yang ia idolakan di instagram, jujur aku sama dengannya, ingin sekali mengenakan khimar-khimar itu, lalu bagaimana jika kelihatannya sok alim?

"Tadi, orang ini juga ketawa liat Puja kayak gini lho, kak, mereka nanya, mau yasinan dimana?" Ia tertawa, memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih, aku ikut tertawa, "Tapi, kadang kalo itu udah jadi yang nyamannya buat kita, ya kita jalanin aja kak ya." Ujarnya.

"Respon mama gimana puja?" Aku bertanya, memerhatikan bunga dari kain nylon yang tertata cantik di dada bagian kirinya, berwarna abu tua, serasi dengan hijabnya yang berwarna abu muda.

"Mama bilang cantik kak, cantikan gini." Ia tersenyum lagi.

*****
Ia selalu anggun, rapi, tidak banyak bicara, teratur, dan santai, kadang ia merespon banyak hal dengan senyum cantiknya, setahun lebih muda dari saya (Saya kuliah bareng angkatan 2012 Fyi), bernama Pooja, tapi bukan dari India, malah keturunan Cina, masih tulen, tapi parasnya tidak menyiratkan sedikitpun darah Tionghoa itu, mungkin karena Ayahnya adalah keturunan asli Aceh. Akan jarang sekali laki-laki yang tidak akan terpesona dengan tipe yang seperti ini, dandanannya yang dewasa dan elegan menggambarkan hal-hal smart dalam dirinya, pembawaannya yang slalu anggun dan lebih banyak tersenyum atau tertawa daripada mengeluarkan sepatah kata, aku bahkan heran jika masih ada laki-laki yang meninggalkannya di usia pacaran mereka yang memasuki dua tahun, aku tidak bisa menebak jika itu alasannya tetap sendiri dan 'tidak pernah sibuk dengan hal itu' hingga sekarang.

Tadi siang, ada insiden kecil di kantin Koperasi Mahasiswa Ekonomi Unimal, yah, nggak gitu-gitu amat lah, saya aja yang ceroboh bisa tersayat telunjuk kanan, sampe sekarang darahnya masih netes, alhasil, rencana mau 'buka puasa' setelah tidak makan dari pagi pun jadi terlupakan gegara sakit telunjuknya kebangetan, trus kita menuju ke bukit tempat yang dulu kita sering datangi, kita, bersepuluh, yang udah ngerencanain mau ngerjain temen kita Cudde yang ultah sabtu ini, mulai akting disana, skenarionya, Fina sama Dian lagi marahan, mereka diam-doiaman, dan kita nyuruh Cudde buat ngomong nengahin mereka berdua, sengaja banget mereka pilihin pohon yang tidak terlalu besar buat duduk-duduk dibawahnya yang kemudian jadi tempat buat ngikatin Cudde pake tali plastik dan kemudian baru diceplok telur plus tepung plus aneka zat berbau tidak menyenangkan lain, hahaha, my friends are indeed rude, but I love them so much :)

Karena kondisi lagi lemes banget dan ada Puja yang perhatian banget, pas di Kopma tadi, dia langsung ngikatin telunjuk ini pake sarung tangan rajutnya yang sampe sekarang udah berwarna merah tua kehitaman karena darahnya banyak banget, saya dan puja duduk-duduk aja karena nggak jadi sasaran empuk Cudde buat balas dendam, jadi kita ngomongin banyak hal.

Saya udah mulai 'hal itu' dari hari selasa dan respon dari teman-teman masih kayak "Kesambet apa kak?" atau "Mimpi apa ini orang semalam pagi-pagi mendadak alim?" -____- dan sebelumnya, I had a long conversation with Puja about this, kita suka buka instagram-instagramnya hijabers-hijabers yang syar'i, dan Puja, as long as I know, is dreaming into that way, pengen banget, saya nggak tau kenapa dia milih saya buat nyeritain ini, dan saya juga bersyukur alhamdulillah kita berdua udah memulai, walaupun belum terlalu panjang, tapi udah mulai cukup nyaman :) 

Belakangan saya ngerasa apa saya pantas? Dan karena pikiran-pikiran nggak enak lain yang bikin saya merasa saya harusnya jadi orang biasa aja yang nggak jadi pusat perhatian, tapi Astaghfirullah, saya memang nggak mau jadi pusat perhatian, makanya kita 'menutup', kan?

We had a long and nice conversation and she inspired me a lot of the way she thinks or her point of view about something, mungkin kalo jari saya nggak kesayat, dan kita nggak duduk berdua kayak gitu, saya udah kembali dengan pikiran-pikiran 'aneh' saya, but as long as Allah is soooooo kind to me Alhamdulillah :') Allah made it today, He shows His grace again, for more than billion times in my life, and I know what I should choose, I know myself, and I always wanna be thankful for anything.

Dan pas mau pulang juga, Puja sempet ngomong soal jodoh, sedikit, kita sama-sama banyak diam kalo soal ini, tapi diantara pengen banget ngebahas, hmm, I just speechless when she said this, I've heard a lot but today was different, she said, "Jodoh itu cerminan kita kak, ada di surah An-nuur ya kalo nggak salah, nggak akan tertukar, wanita yang baik pasti untuk laki-laki yang baik pula."

Ia kembali tersenyum, dan memeriksa lukaku sekali lagi.




Pooja, beautiful girl with the kindest heart, one in my life :)


This is us, my best friends, my best sisters, ada beberapa orang yang nggak masuk disini, I just want them know that I will always love them, ever! 

A Thousand Miles

Saturday, November 9, 2013



I'm no longer looking miserable, I wish not.


 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS