“Bahwa hidup harus
menerima…penerimaan yang indah, bahwa hidup harus mengerti…pengertian yang
benar, bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus, tak peduli lewat apa
penerimaan, pengertian dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat
kejadian yang sedih dan menyakitkan”
A novel by Tere Liye titled "Daun Yang Jatuh TidakPernah Membenci Angin" was so cruel touched. There is nothing I cant say about this, it is just awesome.
Saya tipe orang yang nggak bisa hidup kalo nggak ngebaca novel paling nggak satu dalam seminggu (lebay standar,kenyataannya gitu sih, selama kuliah setahunan ini, empat novel sanggup dan kayaknya harus dibaca dalam seminggu), dan nggak ngebeli sih, minjem di rental novel dekat kampus, dan fate brought me (mulai lebay lagi) to lend this novel and there is no I can say, nothing I can share, you just have to read it yourself.
Novel ini beda, bukan sekedar corny-mellow love story yang endingnya sang kekasih mati trus pembaca nangis, end, cuma nyentuh gitu doang dan selesai, percaya atau nggak, saya udah nangis di halaman 71, so damn cracked, karakternya kuat banget, saya malah ngerasa ini kisah nyata asli penulisnya, tapi penulisnya cowok, dan saya agak "nyesel" nggak bisa liat Pak Tere Liye di premiere novelnya R.H. Fitriadi yang "Marwah Di Ujung Bara" di AAC Dayan Dawood waktu itu.
Novel ini mengajari tentang perasaan, kebaikan,
pengertian, pengorbanan, kehidupan, dan segala aspek yang menyangkut di dalam
kehidupan, apapun itu, novel ini mungkin novel terbaik dan yang terdebest di
sepanjang 2012 ini-mungkin juga dari awal 2011, thanks for Tere Liye atas ide
briliannya ngebentuk naskah yang sedemikian kerennya, no more than, I’m waiting
for your next debut.
“Ibu benar, tak ada
yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana
mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah kemana, dan kami
akan mengerti, kami akan memahami…dan kami akan menerima.” halaman 197.
No comments:
Post a Comment